WILAYAH DAN PUSAT PERTUMBUHAN

A. Wilayah

Ada beberapa istilah dalam wilayah yaitu:

  1. Lokasi atau tempat, contoh : Lokasi banjir
  2. Daerah merupakan kombinasi dari lokasi dan situasi ruang, contoh : daerah pesisir
  3. Kawasan, berhubungan dengan peruntukan tertentu/khusus, contoh : kawasan perkantoran
  4. Region adalah wilayah yang memiliki karakter tertentu, contoh negara maju dan berkembang

B. Perwilayahan

  1. Wilayah Formal adalah wilayah yang bersifat statis dan mempunyai kesamaan geografis contoh : negara-negara beriklim tropis
  2. Wilayah Fungsional/Nodal  adalah wilayah yang bersifat dinamis dan terjadi karena pemenuhan kebutuhan tertentu contoh : kota

C. Pusat Pertumbuhan

Pusat pertumbuhan adalah wilayah dengan pertumbuhan yang pesat sehingga dapat mendorong pertumbuhan wilayah lain.

Teori Pusat Pertumbuhan

  1. Menurut Faden, industri sebagai penggerak yang melahirkan kutub pengembangan baru
  2. Menurut Perroux, pembangunan tidak terjadi serentak tetapi muncul pada tempat tertentu
  3. Menurut Christaller, pusat pertumbuhan merupakan tempat sentral yang memiliki pengaruh terhadap daerah lain disekitarnya. Christaller menekankan pada konsep Jangkauan atau jarak dan Ambang atau jumlah penduduk, selain itu Ia berpendapat bahwa tempat sentral berbentuk heksagonal atau segi enam.

Hierarki atau tingkatan tempat sentral terbagi atas:

  • Hierarki 3 (K-3) : Situasi pasar optimal, pusat pelayanan pasar penyedia barang
  • Hierarki 4 (K-4) : Situasi lalu lintas optimal, kemungkinan jalur lalu lintas yang efisien
  • Hierarki 7 (K-7) : Situasi administrasi optimal, mempengaruhi seluruh bagian wilayah tetangga

Syarat penetapan teori tempat sentral adalah topografi dan keadaan ekonomi yang homogen atau seragam, wilayah pusat pertumbuhan di Indonesia terdiri dari:

  1. Regional A berpusat di Medan
  2. Regional B berpusat di Jakarta
  3. Regional C berpusat di Surabaya
  4. Regional D berpusat di Makassar

PELESTARIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DELI

PENDAHULUAN

Daerah aliran sungai (DAS) merupakan kesatuan ekosistem yang utuh dari hulu sampai hilir, terdiri dari seluruh faktor yang ada pada DAS yaitu tanah, topografi, vegetasi dan manusia yang memengaruhi keadaan DAS. Apabila salah satu dari faktor tersebut mengalami perubahan dapat menyebabkan terganggunya fungsi DAS. DAS yang berfungsi sebagai penampung, penyimpan dan pendistribusi air hujan ke sungai-sungai tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Manusia penghuni DAS memberikan intervensi terhadap ekosistem DAS dalam hal mengembangkan kawasan budidaya selain itu pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat menuntut pemenuhan sumber daya alam berupa tanah, air dan hutan yang mengakibatkan perubahan terhadap kondisi DAS. Perubahan kondisi DAS yang terjadi adalah semakin luasnya penggunaan lahan budidaya, peruntukan lahan yang tidak memerhatikan kaidah konservasi tanah dan air berakibat pada terjadinya degradasi lahan yang pada akhirnya DAS akan mengalami kerusakan.

DAS Deli adalah salah satu DAS di Provinsi Sumatera Utara yang secara administrasi berada pada tiga kabupaten/kota yaitu Kabupaten Karo seluas 1.417, 65 Ha (3 %), Kabupaten Deli Serdang seluas 29.115, 20 Ha (61,56 %) dan Kota Medan seluas 16.765,16 Ha (35,45 %) dan terdiri dari tujuh Sub DAS yaitu Sub DAS Petane, Sub DAS Simai-mai, Sub DAS Deli, Sub DAS Babura, Sub DAS Bekala, Sub DAS Sei Kambing dan Sub DAS Paluh Besar (BPDAS Wampu Sei Ular, 2012). DAS Deli

DAS_DELI

DAS yang seharusnya memiliki fungsi penting dalam mendukung pembangunan berkelanjutan, namun tidak demikian untuk DAS Deli. Pembicara dari Bappeda Sumut, Dra. Teti Magdalena, M Si, men­jelaskan UNESCO telah mengi­ngatkan pada 2020 akan terjadi krisis air global. Meski Indonesia adalah negara yang memiliki cadangan air cukup besar, tapi masih meng­alami problema kelangkaan air pada wilayah tertentu. Bahkan, di beberapa wilayah maupun daerah aliran sungai menga­lami keru­sa­kan berat. Diperkirakan, terjadi krisis air di Medan dan sebahagian Deli Serdang.  Hal ini diakibatkan rusaknya Sungai­ Deli. Dimana, sesuai dengan ketentuan MDGs, hutan di sekitar DAS minimal 30 persen dari luas lahan. Tapi, DAS Deli hanya memiliki hutan 5,6 persen dari luas keseluruhan. DAS Deli, merupakan DAS terparah di Indonesia yang mengalami kerusakan (Analisa, 2014).

Hal senada juga terungkap dari SK. 328/Menhut-II/2009 tanggal 12 Juni 2012 tentang penetapan DAS prioritas dalam rangka RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) tahun 2010-2014 di Provinsi Sumatera Utara kategori DAS yang dipulihkan daya dukungnya, DAS Deli termasuk dalam DAS Prioritas I karena kondisi lahannya tergolong kritis (Sinergi, 2013).

DAS_PRIORITAS_I

Menurut Arsyad (2006 : 127), Pada akhirnya manusialah yang menentukan apakah tanah yang diusahakannya akan rusak dan menjadi tidak produktif atau menjadi baik dan produktif secara lestari. Manusia memegang peranan penting terutama dalam melakukan upaya-upaya konservasi tanah maupun air. Oleh karena itu sangat perlu pemahaman mengenai kondisi dan permasalahan DAS Deli agar diperoleh solusi yang mampu menjawab tantangan saat ini dan masa mendatang.

PEMBAHASAN

Pelestarian DAS Deli akan lebih efektif dan efisien apabila memperhitungkan sumberdaya yang tersedia untuk menyelesaikan masalah yang berkembang di DAS tersebut, sumberdaya merupakan kekuatan yang harus dioptimalkan, kelemahan semakin diminimalkan, peluang harus diraih sehingga mampu menjawab tantangan maupun ancaman yang akan terjadi. Berikut ini akan dipaparkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada di DAS Deli.

Kekuatan

  1. Sibolangit (hulu DAS Deli) adalah sumber air yang dimanfaatkan perusahaan daerah air minum (PDAM) Tirtanadi untuk melayani warga Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang.
  2. Potensi air tanah di Daerah Aliran Sungai Deli bagian hulu terletak di Simpang Empat, Tiga Panah, Sibolangit, Sibirubiru, Namorambe, Pancur Batu sebesar 44,12 x106 m3 sampai 1.097,65 x106 m3. Daerah Aliran Sungai Deli bagian tengah terletak di Kecamatan Deli Tua, Patumbak, Medan Johor, Medan Tuntungan, Medan Baru, Medan Denai, Medan Timur sebesar 23,33 x106 m3 sampai 44,12 x106 m3. Deli bagian hilir terletak di Labuhan Deli, Percut Sei Tuan, Medan Labuhan, Batang Kuwis sebesar 4,04 x106 m3 sampai 23,33 x106 m3 (Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Belawan Ular Padang 2012: 31).
  3. Potensi listrik tenaga air di hulu DAS Padang, DAS Deli dengan total kapasitas 12,5 MW (Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Belawan Ular Padang 2012: 6).
  4. Potensi lokasi objek tujuan wisata kota seperti Sungai Deli – Sungai Babura yang membelah Kota Medan.

Kelemahan

  1. Lemahnya koordinasi instansi terkait, prinsip kami lebih mengutamakan agar air meresap ke tanah dan melakukan konservasi. Berbeda dengan Pekerjaan Umum (PU) yang mengutamakan prinsip air cepat mengalir ke sungai. Seharusnya BPDAS dan PU bersinergi (Waspada, 2011).
  2. Kurangnya penegakan hukum, penegakan hukum yang kurang bisa terlihat dari maraknya penebangan liar, perambahan hutan dan bentuk-bentuk pelanggaran lingkungan.
  3. Kurangnya peran serta masyarakat. Masyarakat merasa tidak berkewajiban atau tidak perlu ikut serta dalam rehabilitasi lahan dan penghijauan DAS.

Peluang

  1. Saling bekerjasama melakukan usaha-usaha perlindungan hutan dan lingkungan. Kaum perempuan Desa Puangaja di kecamatan Sibolangit (Hulu DAS Deli) bersama organisasi Bank Pohon Sumut dan Environmental Service Program (ESP) melakukan aksi menanam 1000 pohon. Pohon yang ditanam adalah asam glugur dan manggis, tanaman buah yang memiliki nilai ekonomi dan ekologi tinggi karena mampu berfungsi menyimpan air sekaligus mengikat tanah untuk menghindari erosi dan longsor.

Ancaman

  1. Pemanfaatan lahan di daerah hulu, daerah yang ditetapkan sebagai kawasan hutan tidak seluruhnya tertutup vegetasi. Maraknya penebangan liar semakin merusak hutan sehingga fungsinya sebagai daerah tangkapan air berubah. Kekritisan lahan disebabkan oleh penebangan liar yang mengakibatkan peningkatan lahan kritis di DAS Deli sebesar 4690 Ha (Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Belawan Ular Padang 2012: 58). DAS Deli termasuk dalam salah satu DAS Prioritas I di Sumatera Utara bersama dengan 7 DAS lainnya, yaitu DAS Besitang, DAS Lepan, DAS Wampu, DAS Ular, DAS Asahan, DAS Batang Gadis dan DAS Nias (Sinergi, 2013).
  2. Hutan di hulu DAS Deli tidak mampu menyerap air dengan maksimal, air hujan yang tidak terserap akar pohon di hutan, membuat debit air sungai melebihi batas normal. Seharusnya air meresap kedalam tanah sehingga cadangan air terus tersedia, bila musim hujan tidak kebanjiran dan musim kemarau tidak kekurangan air, namun yang terjadi adalah banjir di sungai utama dan anak-anak sungai DAS Deli yaitu : Deli Hilir, Bandara Polonia (Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Belawan Ular Padang 2012: 58). Berdasarkan study JICA (Japan Inter­national Coope­ration Agency), ta­hun 2015 akan terjadi krisis air di Medan. Ke­mu­dian, sebagian wilayah Deli­ Ser­da­ng bila kondisi Sungai Deli tidak bisa di­­pulihkan (Analisa, 2014).
  3. Erosi yang terjadi di DAS Deli mencapai 1.293.764,9 ton dengan rata-rata erosi 27,08 ton/ha/tahun atau setara dengan kehilangan lapisan tanah setebal 1,3 mm. Sumbangan erosi terbesar berasal dari Sub DAS Petane (hulu) 780.736,7 dengan rata-rata erosi 60,9 ton/ha/tahun disusul Sub DAS Babura, Bekala, Simai-mai, Paluh Besar, Sei Kambing dan Deli (Sumihar Hutapea, 2012). Menurut Rahim (2006: 81) Di Indonesia besarnya laju erosi yang dapat dibiarkan adalah 25 ton/ha/tahun atau setara dengan 2,5 mm/tahun, laju kehilangan tanah yang dapat dibiarkan adalah sekitar 10 ton/ha/tahun (1 mm/tahun). Ini berarti erosi DAS Deli telah melampaui laju erosi yang yang dapat dibiarkan.
  4. Sedimentasi yang terjadi di DAS Deli bagian hulu yaitu 0,49 – 1,94 mm/tahun, DAS Deli Bagian Tengah 0,31 – 0,49 mm/tahun dan DAS Deli Bagian Hilir 0,15 – 0,31 mm/tahun. Sedimen yang terendapkan didalam saluran, sungai, waduk dan muara sungai akan menyebabkan pendangkalan badan air yang dapat menimbulkan kerugian oleh karena mengurangi fungsi badan air yang mengalami pendangkalan sehingga air tidak dapat meresap ke dalam tanah, yang berdampak pada meningkatnya limpasan permukaan. nilai koefisien limpasan permukaan di DAS Deli dengan rerata sebesar 0,63 pada tahun 1995 meningkat menjadi 0,67 di tahun 2008 (Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Belawan Ular Padang 2012: 58).
  5. Pengolahan lahan tidak sesuai dengan kaidah konservasi dan peningkatan nilai koefisien limpasan permukaan. Koefisien aliran permukaan didefinisikan sebagai nisbah antara laju puncak aliran permukaan terhadap intensitas hujan. Faktor utama yang mempengaruhi nilai koefisien aliran permukaan adalah laju infiltrasi tanah, tanaman penutup tanah dan intensitas hujan (Arsyad 2006: 64). Intensitas hujan yang tinggi dapat mempercepat proses penghancuran dan pengangkutan agregat tanah, hancurnya agregat tanah tersebut dapat menyumbat pori-pori tanah.
  6. Hak milik lahan, masyarakat penghuni DAS Deli membuka hutan menjadi kawasan peruntukan budidaya karena merasa memiliki lahan tersebut. Sekitar hulu DAS Deli terdapat beberapa kerusakan seperti hutan yang terbakar, penggunaan hutan menjadi areal ladang kopi, eksploitasi air secara  besar – besaran dan terdapat penginapan. Pengerukan tanah pegunungan untuk dijadikan areal parkir dan pelebaran jalan. “Tanah ini warisan kakek  saya,” tutur Perhatin saat ditanya tentang status tanah tersebut (Waspada, 2011).
  7. Limbah dan sampah. Masyarakat menghasilkan limbah domestik melalui aktivitas mencuci pakaian dan mencuci piring, selain itu masyarakat yang membuang sampah rumah tangga ke sungai karena tidak adanya tempat pembuangan sementara yang dekat dari tempat tinggal, tidak setiap hari petugas kebersihan datang untuk membawa sampah yang telah dikumpulkan (Purba, 2013).

Adapun solusi yang dapat ditawarkan berdasarkan data-data kekuatan, kelemahan, peluang sekaligus ancaman yang terjadi di DAS Deli diantaranya:

  1. Menggunakan air dengan bijak dan melestarikan sumberdaya air. Air merupakan sumberdaya alam yang senantiasa ada dan tidak akan pernah habis, namun manusia harus menggunakan air seperlunya dan tidak membuang – buang air. Melestarikan sumberdaya air tanah dengan membuat sumur resapan dan biopori.
  2. Potensi listrik di DAS Deli dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga air yang mampu menjawab tantangan krisis listrik.
  3. Mengembangkan kegiatan ekowisata di sungai-sungai DAS Deli seperti sungai Deli dan Sungai Babura.
  4. Mengoptimalkan peluang bekerja sama dengan lembaga dan LSM dalam penyediaan bibit pohon, dan penanaman kembali hutan-hutan yang telah megalami kerusakan.
  5. Mengupayakan adanya sinergi antara instansi terkait dan Pemerintah Kabupaten/kota (Pemkab/pemko). Dalam kawasan DAS Deli ada Pemkab Karo, Pemkab Deli Serdang dan Pemko Medan. Pengelolaan DAS terpadu tidak akan mungkin bisa berjalan jika hanya salah satu daerah yang peduli. Pengelolaan DAS harus menggunakan prinsip one river one management, harus ada lembaga yang memiliki otoritas khusus terhadap pengelolaan DAS, sekaligus berfungsi mengatasi berbagai hambatan lintas sektoral dan daerah-daerah yang dialiri oleh suatu sungai. Selain itu perlunya koordinasi penataan ruang tentang penetapan dan perwujudan kawasan sempadan sungai.
  6. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pelestarian DAS, pengelolaan DAS terpadu melibatkan banyak pihak termasuk masyarakat sebagai pelaku utama. Perlunya pendamping dan pelatihan yang melibatkan perguruan tinggi, untuk melakukan pendekatan persuasif dikarenakan banyak permasalahan lahan DAS yang terkait lahan hak milik.
  7. Rehabilitasi DAS harus didasari program untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Melakukan penanaman pohon yang bernilai ekonomi dan ekologi tinggi dapat meningkatkan minat dan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian DAS, karena merasakan dampak dari program rehabilitasi DAS khususnya peningkatan pendapatan secara langsung.
  8. Menata kembali pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki khususnya eksploitasi hutan dan menindak tegas praktek penebangan dan perambahan hutan illegal.
  9. Penanganan banjir yang komperhensif, mulai pemetaan daerah rawan banjir, lokasi genangan dan jalur evakuasi hingga membangun bangunan pengendali banjir dan normalisasi dasar sungai Deli.
  10. Membangun waduk untuk menjamin ketersediaan sumberdaya air sebagai antisipasi kekeringan.
  11. Pemberdayaan masyarakat berupa penguatan, pemantapan dan pelatihan tentang konservasi tanah dan air yang berguna untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mencintai hutan, sungai dan lingkungannya. Pelatihan dapat berupa mengelola lahan dengan sistem agroforestry, yang mengintegrasikan tanaman pohonan dan perdu dengan usaha lainnya (tanaman semusim, ternak atau ikan) di dalam satu lahan usahatani dapat menciptakan sumber pendapatan tambahan, penyebarkan penggunaan tenaga kerja sepanjang tahun dan meningkatkan produktivitas usaha lain tersebut sambil melindungi tanah, air dan kehidupan liar. Sosialisasi mengurangi limbah domestik dengan menggunakan deterjen ramah lingkungan dan menggunakan tas belanja yang bisa digunakan berulang-ulang untuk mengurangi penggunaan kantong plastik dan tidak membuang sampah ke sungai.

PENUTUP

Manusia penghuni DAS memberikan intervensi terhadap ekosistem DAS dalam hal mengembangkan kawasan budidaya selain itu pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat menuntut pemenuhan sumber daya alam berupa tanah, air dan hutan yang mengakibatkan perubahan terhadap kondisi DAS. Manusia memegang peranan penting terutama dalam melakukan upaya-upaya konservasi tanah maupun air. Upaya pelestarian DAS Deli harus dilakukan secara berkelanjutan, partisipatif dan terpadu agar mampu menjawab berbagai tantangan/ancaman DAS dimasa mendatang sehingga kelestarian DAS Deli tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

Analisa Daily. 2014. DAS Deli Terparah di Indonesia. http://analisadaily.com/news/read/medan-dan-deliserdang-bakal-krisis-air/62224/2014/09/09

Arsyad, Sitanala. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.

Hutapea, Sumihar. 2012. Kajian Konservasi Daerah Aliran Sungai Deli Dalam Upaya Pengendalian Banjir Di Kota Medan, Disertasi. Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.

Media Pemerintah Kota Tebing Tinggi. 2013. Sinergi Segera Kelola DAS Kita. Kota Tebing Tinggi.

Menteri Pekerjaan Umum. 2012. Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Belawan Ular Padang. Jakarta.

Purba, L Waldi. 2013. Hubungan Higiene Pengguna Air Sungai Deli Dengan Keluhan Kesehatan Kulit dan Tindakan Pencemaran Sungai di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Tahun 2013, Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Rahim. 2006. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Waspada Online. 2011. Ekspedisi DAS Deli Temui Kejanggalan Di Hulu. http://www.waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=13562:tim-ekspedisi-das-deli-temui-kejanggalan-di-hulu&catid=51:medan&Itemid=206

Waspada Online. 2011. Hulu Sungai Deli Rawan Penebangan. http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=167481:hulu-sungai-deli-rawan-penebangan&catid=15:sumut&Itemid=28

ANCAMAN DI BALIK KILAU BATU AKIK

Pesona batu akik tengah melanda berbagai kalangan, mulai dari orang tua hingga muda seakan terhipnotis dengan kilau keindahan karya alam ini. Tidak hanya di pusat pertokoan, pasar tradisional dan modern, dipinggir jalan pun ada tempat pengasahan dan penjualan batu akik. Batu akik merupakan salah satu batuan setengah mulia dengan tingkat kekerasan kurang dari 7 mohs, berwarna – warni dan bercorak sangat indah, hal ini menyebabkan banyak kolektor yang memburunya. Batu akik semakin populer dikarenakan batu ini digunakan oleh orang terkenal, diantaranya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

Permintaan akan batu akik yang kian tinggi berakibat pada semakin maraknya kegiatan penambangan dan kini menjadi mata pencaharian baru yang sangat menjanjikan. Harga jual batu akik yang bervariasi mulai dari sepuluh ribu hingga ratusan juta rupiah, mampu meningkatkan perekonomian warga secara signifikan. Kilau keindahan batu akik yang membawa berkah turut pula menyimpan ancaman.

Kegiatan penambangan yang dilakukan secara besar-besaran berdampak pada terjadinya kerusakan lingkungan. Seperti penambangan batu akik di Wonogiri, Jawa Tengah yang dikhawatirkan merusak hutan lindung. Wakil Administrator Perum Perhutani KPH Surakarta, Johni Andarhadi telah berkali-kali menemukan bekas penggalian di petak 58 dan 61  hutan lindung yang berada di Kecamatan Tirtomoyo. “Penambangan bahan batu akik ini marak sejak enam bulan terakhir,” katanya, Jum’at 14 Februari 2015.

Kawasan hutan lindung berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. Di kawasan hutan lindung tidak boleh dilakukan kegiatan pengambilan hasil hutan, penebangan, pemukiman, penambangan dan kegiatan apapun yang dapat berpengaruh terhadap menurunnya mutu lingkungan di dalam dan sekitar hutan.

Selain itu aktivitas penambangan batu akik cukup berisiko karena dilakukan di tebing yang curam dan rawan longsor, penambang membuat lubang ditebing batu yang dapat mempercepat ambruknya batuan, kerusakan lingkungan semakin diperparah karena tidak dilakukannya reklamasi lingkungan. Padahal batu akik merupakan salah satu batuan mineral yang termasuk dalam undang – undang pertambangan dan usaha reklamasi lahan pertambangan diatur dalam undang – undang nomor 23 tahun 2009.

Untuk menekan kegiatan penambangan illegal pemerintah harus segera mengatur manajemen pengelolaan, sistem proses penjualan batu akik dengan jelas dan mempertimbangkan jaminan biaya penjualan batu akik untuk memperbaiki lingkungan yang rusak karena penambangan. Sinergi antara Pemerintah Daerah, Badan Lingkungan Hidup dan instansi yang terkait harus dibangun, seperti melakukan moratorium penambangan batu akik, inventarisasi, zonasi kawasan penambangan dalam Peraturan Daerah (Perda) dan memberikan sangsi yang tegas bagi siapapun yang melakukan pelanggaran.

Sumber Bacaan:

Tempo Wonogiri, 14 Februari 2015

http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2015/02/150220_lingkungankita_batu_akik

Perairan Darat dan Laut

Hidrosfer diartikan sebagai daerah perairan

Jumlah air dibumi yang selalu tetap dikarenakan oleh adanya siklus air, siklus air dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

  • Siklus pendek
  • Siklus sedang
  • Siklus panjang

Siklus air disebabkan oleh adanya proses yang mengikuti gejala meterologis dan klimatologis antara lain:

SIKLUS HIDROLOGI
Gambar Siklus Air (Bambang Utoyo, 2009 : 112)
  • Evaporasi : penguapan benda abiotik
  • Transpirasi : pelepasan uap air dari tumbuhan
  • Evapotranspirasi : gabungan evaporasi dan transpirasi
  • Kondensasi : pendinginan
  • Adveksi : transportasi air secara horizontal
  • Presipitasi : hujan
  • Runoff : aliran permukaan
  • Sublimasi : uap air menjaddi kristal es
  • Infiltrasi : perembesan air melalui pori tanah
  • Perkolasi : perembesan air karena gravitasi bumi

Perairan Darat Dan Perairan Laut

Perairan darat adalah semua bentuk perairan yang terdapat di darat. Bentuk perairan yang terdapat di darat meliputi sungai, danau, rawa, air tanah.

Berdasarkan pola alirannya sungai dibedakan menjadi 6 macam yaitu radial, dendritik, trellis, rektanguler dan pinate (Tim Geografi, Yudhistira, p. 84).

Gambar Pola Aliran Sungai
Gambar Pola Aliran Sungai
  1. Radial atau menjari, jenis ini dibedakan menjadi dua yaitu, Radial sentrifugal, adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan pusatnya. Radial sentripetal, adalah pola aliran yang mengumpul menuju ke pusat.
  2. Dendritik, adalah pola aliran seperti pohon, di mana sungai induk memperoleh aliran dari anak sungainya. Jenis ini biasanya terdapat di daerah datar atau daerah dataran pantai.
  3. Trellis, adalah pola aliran yang menyirip seperti daun.
  4. Rektangular, adalah pola aliran yang membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku 90°.
  5. Pinate, adalah pola aliran di mana muara-muara anak sungainya membentuk sudut lancip.
  6. Anular, adalah pola aliran sungai yang membentuk lingkaran.

Sumber :

Bambang Utoyo. 2009. Geografi Membuka Cakrawala Dunia.Pusat Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional.

Waldopo. Modul Geografi Perairan Darat dan Laut.

GARIS KONTUR

Gambaran tentang bentuk permukaan bumi terlihat jelas pada peta topografi, peta topografi menggunakan garis kontur, kontur dapat diubah menjadi profil bentuk muka bumi yang asli, berikut ini adalah langkah – langkahnya.

  1. Buat garis horizontal pada peta kontur
  2. Buat garis vertikal dibawah peta kontur yang letaknya disebelah kiri dan kanan dibawah peta. Pada sisi vertikal, tentukan titik – titik yang menunjukan perbedaan ketinggian garis kontur mulai dari ketinggian terendah keatas dengan jarak yang sesuai antara satu kontur dengan kontur lainnya
  3. Buat garis horizontal dari titik – titik yang terdapat pada garis vertikal
  4. Tarik garis vertikal dalam bentuk garis putus – putus dari titik – titik berpotongan garis horizontal dengan garis kontur pada peta sampai garis horizontal dibawah peta pada angka yang sama dengan garis kontur
  5. Buat garis yang menghubungkan titik – titik pertemuan (perpotongan) garis vertikal dengan garis horizontal dibawah peta sehingga terbentuk pola dan bentuk muka bumi yang sebenarnya.

04_BENTUK MUKA BUMI

PASANG SURUT AIR LAUT

Jika bulan berada diantara bumi dan matahari dikatakan bulan berada dalam konjungsi (conjuction). Dalam keadaan ini hanya sisi bulan yang menjauhi bumi yang disinari matahari dan fasa bulan adalah bulan baru. Oleh karena itu bulan tampak diatas horizon hanya pada siang hari dan masih tampak gelap, sesudah bulan baru memasuki fasa bulan sabit, penyinarannya semakin hari semakin terang. Jika bulan mencapai titik orbitnya yang berada pada sebuah garis tegak lurus dengan  garis yang menghubungkan bumi dan matahari, dikatakan bulan berada dalam perempatan (quadrature) dan fasanya adalah seperempat pertama (bulan separo). Setelah itu bulan memasuki fasa bungkuk (gibbous), pada keadaan ini bulan tampak lebih dari separo.

Jika bulan berada pada sisi bumi yang membelakangi matahari, dikatakan bulan dalam oposisi. Seluruh bulatan yang menghadap ke bumi diterangi sehingga bulan tampak seluruhnya. Bulan purnama hanya tampak pada sisi bumi yang sedang mengalami malam hari. Selanjutnya bulan berturut – turut memasuki tingkat punggung bungkuk kedua (second gibbous), perempatan terakhir, tingkat bulan sabit dan kembali lagi ke fasa bulan baru.

Interval waktu yang dibutuhkan agar bulan melalui seluruh fasanya (dari bulan baru ke bulan baru berikutnya)sekitar 29,5 hari (29 hari 12 jam 44 menit dan 2,8 detik) yang disebut bulan sinodik yang menjadi dasar dari bulan kalender.

03_FASA_BULAN

Sumber : Bayong Tjasyono HK, Geosains

ROTASI BUMI

Bumi berotasi dengan periode 23 jam 56 menit, berotasi dari barat ke timur yang akibatnya benda langit tampak melakukan peredaran semu harian dari timur ke barat. Rotasi juga berakibat terhadap angin berbelok kekanan di belahan bumi utara dan berbelok kekiri di belahan bumi selatan.

Bumi juga melakukan revolusi mengelilingi matahari dengan periode 365,3 hari, pada tanggal 21 maret dan 23 september kedudukan matahari tepat di ekuator yang disebut ekinoks, selama periode revolusi (1 tahun) terjadi dua kali ekinoks. Ketika ekinoks tempat-tempat di bumi mengalami siang dan malam yang sama yaitu 12 jam. Pada tanggal 22 juni dan 22 desember, kedudukan matahari berada paling jauh dari ekuator yang disebut solstis, pada waktu solstis lamanya siang dan malam yang dialami tempat-tempat di muka bumi tidak sama, kecuali di ekuator.

01_GERAK_SEMU_MATAHARI

Di ekuator lama siang dan malam hari sama yaitu 12 jam, sedangkan di kutub 6 bulan siang dan 6 bulan berikutnya malam hari. Berikut ini disajikan tabel lamanya siang hari pada tempat – tempat di berbagai letak lintang.

Letak Lintang Lamanya siang hari
0 (ekuator) 12 jam
17o 13 jam
41o 15 jam
49o 16 jam
63o 20 jam
66o 30’ 24 jam
67o 21’ 1 bulan
69o 51’ 2 bulan
78o 11’ 4 bulan
90o (kutub) 6 bulan
Sumber : Bayong Tjasyono HK, Geosains: 82

Persebaran Flora Fauna Dunia

Persebaran flora dan fauna terjadi dikarenakan adanya faktor klimatik (iklim), edafik (tanah), fisiografi (ketinggian tempat dan kelerengan) dan biotik (mahkluk hidup). Faktor klimatik memberikan pengaruh paling besar terhadap persebaran flora adalah kelembaban, kelembaban berkaitan dengan curah hujan. Apabila curah hujan tinggi maka flora dapat tumbuh besar sebaliknya jika curah hujan rendah flora yang mendominasi adalah tumbuhan kecil seperti rumput.

Flora Dunia

1. Hutan Tropis

  • Vegetasi tinggi
  • Selalu hijau sepanjang tahun
  • Heterogen (beranekaragam)
  • Terbentuk kanopi alami
  • Terdapat tumbuhan liana dan epifit

Contoh : Hutan tropis Indonesia

2. Hutan Gugur

  • Meranggas menjelang musim dingin
  • Pohon perdu
  • Homogen

Contoh : Hutan di Amerika Utara

3. Padang Rumput

Curah hujan rendah (250-500 mm/tahun, Padang rumput terdiri dari praire, stepa, sabana dan tundra.

  • Praire merupakan padang rumput di daerah yang hujan dan penguapannya berimbang Contoh : praire di AS dan Argentina.
  • Stepa merupakan padang rumput yang diselingi semak kecil. Contoh : stepa di Australia.
  • Sabana merupakan padang rumput diselingi pohon tinggi maupun perdu Contoh : sabana di Indonesia.

4. Tundra

Tundra merupakan rumput kerdil yang tahan dengan suhu yang sangat dingin

Contoh : tundra di Rusia dan Kanada Utara

5. Padang gurun

  • Gersang
  • Amplitudo suhu harian sangat besar
  • Didominasi oleh tumbuhan berdaun duri
  • Tumbuhan mempunyai jaringan spon yang berfungsi untuk menyimpan air

Contoh : gurun Sahara di Afrika dan gurun Gobi di Mongolia

6. Taiga

  • Homogen
  • Jenis tumbuhan pohon pinus berdaun jarum

Contoh : Taiga di Kanada Utara dan Siberia Utara

 Fauna Dunia

1. Ethiopian

Wilayah Ethiopian meliputi Afrika bagian selatan, Gurun Sahara, Madagaskar, selatan Saudi Arabia. Hewan Ethiopian adalah gajah Afrika, gorilla, babon, zebra, simpanse, jerapah, kuda nil (endemik).

2. Paleartik

Wilayah paleartik meliputi seluruh Eropa, Uni Soviet, Inggris, Jepang, Afrika paling utara. Hewan Paleartik adalah panda, rusa kutub, unta.

3. Neartik

Wulayah neartik meliputi Amerika Serikat, Amerika Utara dekat kutub utara dan Greenland. Hewan neartik adalah bison, antilop, ayam kalkun.

4. Neotropikal

Wilayah neotropikal meliputi Amerika tengah, selatan, meksiko. Hewan neotropikal antara lain piranha, belut listrik, ilama, tapir, kera hidung merah.

5. Oriental

Wilayah oriental meliputi Asia Selatan dan Tenggara. Hewan oriental antara lain harimau, orang utan,badak.

6. Australia

Wilayah australia meliputi Australia, Selandia Baru, Irian, Maluku. Hewan Australia antara lain kanguru, koala, cendarawasih dan kasuari.

Ssstttt… Ternyata Hewan Bisa Demo

Dalam ilmu Kimia ada aksi dan reaksi begitu pula dalam kehidupan ada sebab dan akibat, semuanya merupakan hal yang pasti. Semakin banyak kebutuhan kita maka pemenuhan kebutuhan semakin tinggi pula, salah satunya adalah kebutuhan akan hasil hutan seperti kayu untuk perabotan rumah tangga, sebagai akibatnya  terjadi penebangan hutan dan hewan hutan merasakan dampaknya secara langsung. Berikut ini adalah sekelumit kisah hewan hutan yang kehilangan anggota keluarga dan tempat tinggal…

Tekan link dibawah ini….

DEMONSTRASI_HEWAN_HUTAN